Goa Pindul - Thiwul Yu Tum memang
istimewa. Tumbukan gapleknya halus, sehingga bila matang ditanak terasa
lembut di mulut, mirip tekstur roti. Selain itu, Yu Tum juga menambahkan
gula Jawa sebagai pemanis. Sementara parutan kelapa yang menjadi
pendamping setianya, semakin menambah rasa gurih. Paduan yang pas!
thiwul bisa dinikmati langsung sebagai kudapan, bisa juga dijadikan nasi
yang disantap bersama sambal bawang dan sayur lombok ijo. Lauk gathot
dan belalang goreng khas Gunungkidul pun bisa jadi alternatif pilihan.
Semuanya tersedia di tempat Yu Tum. Ada juga thiwul rasa keju dan coklat
yang harus dipesan terlebih dahulu untuk bisa mencicipnya.
Cara membuat thiwul adalah dengan menjemur umbi ketela pohon sampai menjadi gaplek (singkong kering), kemudian menumbuknya hingga hancur, dan terakhir dikukus. Sampai sekarang, Yu Tum masih memakai tungku tradisional berbahan bakar kayu yang disebut luweng, kuali dari logam, dan kukusan kerucut dari bambu. Ciri pawon tradisional Jawa yang kini telah jarang ditemui. Hal ini tetap dipertahankan untuk selalu menjaga citarasa hasil olahannya. Sementara kukusan berbentuk kerucut difungsikan untuk mencetak thiwul yang berbentuk gunungan. Bila ingin membawa pulang sebagai buah tangan, Yu Tum telah menyiapkan besek bambu untuk membungkus gunungan thiwul.
Selain thiwul, Yu Tum juga mengolah ketela menjadi beberapa makanan lain. Sebut saja gathot, keripik, dan yang terbaru adalah gethuk goreng. Tersedia pula thiwul instan yang bisa dikukus sendiri di rumah. Kemampuan penduduk Gunungkidul mengolah hasil buminya memang luar bisa. Meskipun cenderung tandus dan sulit ditanami, terbukti tetap menghasilkan makan lezat nan bergizi.
Gunungkidul memang tanah surga, tongkat dan batu bisa disulap jadi tanaman. Jangan-jangan Yok Koeswoyo sang pencipta lagu Kolam Susu itu mendapat inspirasi dari thiwul Gunungkidul.
Cara membuat thiwul adalah dengan menjemur umbi ketela pohon sampai menjadi gaplek (singkong kering), kemudian menumbuknya hingga hancur, dan terakhir dikukus. Sampai sekarang, Yu Tum masih memakai tungku tradisional berbahan bakar kayu yang disebut luweng, kuali dari logam, dan kukusan kerucut dari bambu. Ciri pawon tradisional Jawa yang kini telah jarang ditemui. Hal ini tetap dipertahankan untuk selalu menjaga citarasa hasil olahannya. Sementara kukusan berbentuk kerucut difungsikan untuk mencetak thiwul yang berbentuk gunungan. Bila ingin membawa pulang sebagai buah tangan, Yu Tum telah menyiapkan besek bambu untuk membungkus gunungan thiwul.
Selain thiwul, Yu Tum juga mengolah ketela menjadi beberapa makanan lain. Sebut saja gathot, keripik, dan yang terbaru adalah gethuk goreng. Tersedia pula thiwul instan yang bisa dikukus sendiri di rumah. Kemampuan penduduk Gunungkidul mengolah hasil buminya memang luar bisa. Meskipun cenderung tandus dan sulit ditanami, terbukti tetap menghasilkan makan lezat nan bergizi.
Gunungkidul memang tanah surga, tongkat dan batu bisa disulap jadi tanaman. Jangan-jangan Yok Koeswoyo sang pencipta lagu Kolam Susu itu mendapat inspirasi dari thiwul Gunungkidul.
0 komentar:
Posting Komentar