Goa Pindul
- Ullen Sentalu adalah museum yang berada di Kaliurang, DI Yogyakarta.
Di sinilah Anda bisa mempelajari seluk beluk budaya Jawa dan benda-benda
bersejarah yang unik nan menarik. Traveler pecinta museum wajib datang
ke sini.
Dari waktu kuliah ingin sekali berkunjung tapi belum ada waktu yang pas, selalu berhalangan. Setahun lalu, Saya bersama Nina dan Sulis, teman kami ingin ke Ullen Sentanu. Akan tetapi, karena kondisi hujan dan beberapa hal yang menghalangi kami kesana, akhirnya dibatalkan. Tapi kini waktunya tiba!
Sampai di sana, agak kebingungan mencari letak museumnya karena di beberapa tempat yang sedang di renovasi. Ditambah pepohonannya yang rimbun tinggi besar membuat bangunan museum tersebut tidak terlihat dari parkiran mobil kami.
setelah membeli tiket sebesar Rp. 30.000 per orang, kami masuk ke arah ruang museum. Di sana ada seorang penjaga wanita yang meminta karcis kami. Kami pun di tanya asal dan jumlah orangnya.
Lalu, setelah di minta menunggu selama kurang lebih 10 menit, kami dipersilahkan masuk ke ruangan museum. Kami di pandu oleh seorang pemandu lokal wanita.
Pertama, dia menjelaskan bahwa kami di minta agar tidak memegang koleksi barang di museum dan juga kami dilarang keras mengambil gambar di dalam area museum. Setelah mematuhi permintaannya, sang pemandu pun memperkenalkan diri dan menjelaskan asal muasal berdirinya Museum ini.
Nama Ullen Sentalu sendiripun merupakan sebuah singkatan dari bahasa jawa yaitu Ulating Blencong Sejatine Tatarane Lumaku yang artinya yang artinya adalah Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.
Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita.
Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta. Museum Ullen Sentalu ini kepunyaan dari Keluarga Haryono. Sebuah Keluarga Jawa yang sangat kental dengan tradisi yang sangat santun.
Keluarga tersebut mempunyai visi mempersembahkan karya seni dan budaya yang layak dipelihara dan dihargai bagi generasi mendatang karena generasi sekarang agaknya kurang suka untuk mempelajari budayanya sendiri.
Lanjut melangkah dari satu ruangan ke ruangan lain, Kami pun sangat kagum dengan benda-benda koleksi Museum ini. Cerita yang diilustrasikan di lukisan-lukisan yang dipajang di Museum ini mempunyai daya tarik tersendiri. Pemandu juga menjelaskan latar belakang pecahnya Kesultanan Yogyakarta yang terbagi menjadi dua yaitu Kraton Kasunan Surakarta dan Yogyakarta.
Tak hanya itu pula, di sana juga ada koleksi gamelan dan arca. Kebetulan menurut guidenya, Museum Ullen Sentalu sendiri bekerjasama dengan badan yang mengelola situs kepurbakalaan.
Di sana juga ada ruangan seorang putri yang sangat cantik. Beliau adalah seorang putri dari anak Sultan Hamengkubuwono VII. Gusti Nurul putri yang hobi berpacuan kuda, berenang dan bermain tennis.
Sebuah hobi yang sangat jarang dilakukan oleh seorang puteri bukan? Gusti Nurul Banyak sekali yang suka. Bahkan Presiden RI pertama sempat ingin meminangnya. Tetapi, karena beliau mempunyai prinsip tidak mau di madu maka Pinangan Sang Presiden pun ditolak.
Ruangan Gusti Nurul ini istimewa sekali. Kenapa? Karena beliau sendiri yang meresmikan ruangan tersebut. Beliau masih menjalani hari-harinya di sebuah kota yang terletak di Jawa Barat yaitu Bandung. Menurut infonya, Gusti Nurul tinggal di Ibukota Jawa Barat itu dengan suami dan anaknya.
Di Ruangan Gusti Nurul ini ada foto dari beliau masih kecil sampai foto terakhir beliau meresmikan Ruangan Istimewanya di Museum Ullen Sentalu ini, pada usianya yang ke-81 tahun pada tahun 2002.
Setelah kami tour di sana selama kurang lebih 50 menit didampingi oleh Local Guide, kami dimasukkan ke dalam ruangan kosong dan disajikan sebuah minuman khas. Menurutku sih ini seperti jamu jahe yang biasa aku suka minum di Jakarta.
Terakhir kami dibawa ke sebuah tempat terbuka. Ada anak-anak yang sedang latihan mwnari di sana. Ada juga sebuah replika dinding candi Borobudur yang sengaja dibuat miring. Mengapa? Menurut sang pemandu, dibuat miring karena keprihatinan sang empunya Museum terhadap generasi muda yang agak sedikit melupakan sejarah bangsanya sendiri.
Selain Resto khas ala Ullen Sentalu yang tidak sempat kami hampiri, di sana juga terdapat Butik yang menjual cinderamata khas Ullen Sentalu. Untuk harganya relatif standar, untuk ukuran sebuah objek wisata.
Kami pun jalan menuju pintu keluar agak kearah belakang museum. Di sana banyak yang jual Buah salak yang di jual oleh para ibu-ibu. Sampai jumpa di Ullen sentalu! Semoga kita berjodoh lagi!
Dari waktu kuliah ingin sekali berkunjung tapi belum ada waktu yang pas, selalu berhalangan. Setahun lalu, Saya bersama Nina dan Sulis, teman kami ingin ke Ullen Sentanu. Akan tetapi, karena kondisi hujan dan beberapa hal yang menghalangi kami kesana, akhirnya dibatalkan. Tapi kini waktunya tiba!
Sampai di sana, agak kebingungan mencari letak museumnya karena di beberapa tempat yang sedang di renovasi. Ditambah pepohonannya yang rimbun tinggi besar membuat bangunan museum tersebut tidak terlihat dari parkiran mobil kami.
setelah membeli tiket sebesar Rp. 30.000 per orang, kami masuk ke arah ruang museum. Di sana ada seorang penjaga wanita yang meminta karcis kami. Kami pun di tanya asal dan jumlah orangnya.
Lalu, setelah di minta menunggu selama kurang lebih 10 menit, kami dipersilahkan masuk ke ruangan museum. Kami di pandu oleh seorang pemandu lokal wanita.
Pertama, dia menjelaskan bahwa kami di minta agar tidak memegang koleksi barang di museum dan juga kami dilarang keras mengambil gambar di dalam area museum. Setelah mematuhi permintaannya, sang pemandu pun memperkenalkan diri dan menjelaskan asal muasal berdirinya Museum ini.
Nama Ullen Sentalu sendiripun merupakan sebuah singkatan dari bahasa jawa yaitu Ulating Blencong Sejatine Tatarane Lumaku yang artinya yang artinya adalah Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.
Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita.
Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta. Museum Ullen Sentalu ini kepunyaan dari Keluarga Haryono. Sebuah Keluarga Jawa yang sangat kental dengan tradisi yang sangat santun.
Keluarga tersebut mempunyai visi mempersembahkan karya seni dan budaya yang layak dipelihara dan dihargai bagi generasi mendatang karena generasi sekarang agaknya kurang suka untuk mempelajari budayanya sendiri.
Lanjut melangkah dari satu ruangan ke ruangan lain, Kami pun sangat kagum dengan benda-benda koleksi Museum ini. Cerita yang diilustrasikan di lukisan-lukisan yang dipajang di Museum ini mempunyai daya tarik tersendiri. Pemandu juga menjelaskan latar belakang pecahnya Kesultanan Yogyakarta yang terbagi menjadi dua yaitu Kraton Kasunan Surakarta dan Yogyakarta.
Tak hanya itu pula, di sana juga ada koleksi gamelan dan arca. Kebetulan menurut guidenya, Museum Ullen Sentalu sendiri bekerjasama dengan badan yang mengelola situs kepurbakalaan.
Di sana juga ada ruangan seorang putri yang sangat cantik. Beliau adalah seorang putri dari anak Sultan Hamengkubuwono VII. Gusti Nurul putri yang hobi berpacuan kuda, berenang dan bermain tennis.
Sebuah hobi yang sangat jarang dilakukan oleh seorang puteri bukan? Gusti Nurul Banyak sekali yang suka. Bahkan Presiden RI pertama sempat ingin meminangnya. Tetapi, karena beliau mempunyai prinsip tidak mau di madu maka Pinangan Sang Presiden pun ditolak.
Ruangan Gusti Nurul ini istimewa sekali. Kenapa? Karena beliau sendiri yang meresmikan ruangan tersebut. Beliau masih menjalani hari-harinya di sebuah kota yang terletak di Jawa Barat yaitu Bandung. Menurut infonya, Gusti Nurul tinggal di Ibukota Jawa Barat itu dengan suami dan anaknya.
Di Ruangan Gusti Nurul ini ada foto dari beliau masih kecil sampai foto terakhir beliau meresmikan Ruangan Istimewanya di Museum Ullen Sentalu ini, pada usianya yang ke-81 tahun pada tahun 2002.
Setelah kami tour di sana selama kurang lebih 50 menit didampingi oleh Local Guide, kami dimasukkan ke dalam ruangan kosong dan disajikan sebuah minuman khas. Menurutku sih ini seperti jamu jahe yang biasa aku suka minum di Jakarta.
Terakhir kami dibawa ke sebuah tempat terbuka. Ada anak-anak yang sedang latihan mwnari di sana. Ada juga sebuah replika dinding candi Borobudur yang sengaja dibuat miring. Mengapa? Menurut sang pemandu, dibuat miring karena keprihatinan sang empunya Museum terhadap generasi muda yang agak sedikit melupakan sejarah bangsanya sendiri.
Selain Resto khas ala Ullen Sentalu yang tidak sempat kami hampiri, di sana juga terdapat Butik yang menjual cinderamata khas Ullen Sentalu. Untuk harganya relatif standar, untuk ukuran sebuah objek wisata.
Kami pun jalan menuju pintu keluar agak kearah belakang museum. Di sana banyak yang jual Buah salak yang di jual oleh para ibu-ibu. Sampai jumpa di Ullen sentalu! Semoga kita berjodoh lagi!
0 komentar:
Posting Komentar